Friday, September 30, 2011

CORE VALUE, VISI & MISI

Core Value, Visi dan Misi, adalah hal penting yang harus dimiliki setiap orang/organisasi/perusahaan  untuk menjadi sukses.

Core Value atau nilai-nilai utama atau pilar utama merupakan pernyataan eksplisit dari organisasi sebagai pedoman dalam berorganisasi atau bekerja yang diyakini, dihayati dan diamalkan sebagai landasan moral dalam berpola pikir, berkomunikasi, dan  bertindak / berperilaku para anggota organisasi.

Visi adalah cara pandang jauh ke depan kemana organisasi harus dibawa agar dapat tetap eksis, antisipatif dan inovatif.
Visi adalah suatu gambaran yang menantang tentang masa depan yang diinginkan oleh organisasi atau cita-cita sebuah organisasi.
Berdasarkan hal tersebut, maka penetapan visi, sebagai bagian dari perencanaan strategis, merupakan suatu langkah penting dalam perjalanan sebuah organisasi.
Visi tidak hanya penting pada waktu mulai berkarya, tetapi juga pada kehidupan organisasi itu selanjutnya.
Kehidupan organisasi sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan eksternal. Oleh karenanya, visi organisasi juga harus menyesuaikan dengan perubahan tersebut.
Pada hakekatnya tidak ada visi organisasi, tetapi visi-visi pribadi dari anggota organisasi. Namun kita harus mampu merumuskan gambaran bersama mengenai masa depan, berupa komitment murni tanpa adanya rasa terpaksa.
Visi adalah mental model masa depan, dengan demikian visi harus menjadi milik bersama dan diyakini oleh seluruh anggota organisasi.

Misi yang merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan organisasi dan sasaran yang ingin dicapai. Pernyataan misi membawa organisasi kepada suatu fokus. Misi menjelaskan mengapa organisasi itu ada, apa yang dilakukannya, dan bagaimana melakukannya.
Misi adalah sesuatu tugas mulia yang harus dilaksanakan oleh organisasi agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Dengan pernyataan misi tersebut, diharapkan seluruh masyarakat dan pihak yang berkepentingan dapat mengenal organisasi dan mengetahui peran dan program-programnya serta hasil yang akan diperoleh dimasa mendatang.

Berikut adalah Core Value, Visi dan Misi dari Organisasi Keluarga Besar NBB

Core Value /Nilai-nilai Utama / Pilar Utama
1. Niat Baik / Good Intentions
Perbuatan terpuji yang dimulai dari cara berpikir, berbicara dan bertindak yang didasari oleh sebuah itikad untuk tidak merugikan orang atau pihak lain


2. Kejujuran / Honesty
Sifat dan keadaan seseorang yang dapat dikatakan lurus hati dan tulus tanpa niatan untuk berbohong dan atau berbuat curang

3. Integritas / Integrity
Perasaan menjadi satu bagian utuh dari organisasi (Jawa : melu handarbeni, Inggris : sense of belonging)


4. Kepercayaan / Trust
Kemampuan untuk mempercayai

    1. Kepercayaan kepada Tuhan / in God we trust
    2. Kepercayaan kepada perbedaan dapat menyatukan / in our different can be united we trust
    3. Kepercayaan kepada kebersamaan dalam kekeluargaan / in our togetherness in kinship we trust
    4. Kepercayaan kepada masa depan yang lebih baik / in better future we trust

V I S I
Sebuah cita-cita
Menjadikan Keluarga Besar NBB sebagai Organisasi tempat bernaung  bagi siapa saja yang mau memahami dan menyikapi arti sebuah perbedaan, persamaan hak, dan kesetaraan serta dapat memberikan nilai tambah kepada semua pihak yang terkait.

M I S I
Tugas mulia
  1. Membangun nama Keluarga Besar NBB sebagai organisasi yang disegani, berkualitas dan unggul
  2. Membangun keharmonisan dalam setiap hubungan antar sesama
  3. Melahirkan kegiatan-kegiatan positif yang bisa menjadikan contoh dan teladan bagi masyarakat
  4. Membangun sebuah usaha yang dapat memberikan kesejahteraan di delapan aspek kehidupan (keuangan, pendidikan, keluarga, mental, karir, spiritual, sosial & kesehatan) kepada anggota dan pihak-pihak yang terlibat
  5. Membangun sumber daya manusia dan melahirkan pemimpin yang sesuai dengan nilai-nilai utama / core value organisasi

Budhi Cahyadi
Business Development & HRD Consultant
budhicahyadi@ymail.com

Mempertahankan Pekerjaan

“Saya merasa sesuai kerja seperti ini karena sangat sesuai dengan hobi dan cita-cita saya, tapi saya sangat tidak menyukai suasana atau lingkungan kerja di tempat ini, karena pimpinan saya yang tidak bisa adil dalam melihat hasil kerja saya dan juga rekan-rekan kerja saya yang nampak tolol tapi sok pintar, suka menjilat,  tidak ada pekerjaan mereka yang lebih berarti dibanding dengan saya, bahkan saya sering overtime. Tapi anehnya pimpinan tidak bisa melihat dengan jelas, giliran saya melakukan kesalahan,  yang ada caci maki bahkan anggapan bahwa saya tidak bisa bekerja.”
Kondisi seperti diatas seringkali dialami oleh para pekerja terutama pekerja di level staf atau entry level, memang dilematis sekali nampaknya, mau hengkang dari pekerjaan, tapi belum mendapatkan pekerjaan lagi, kalaupun dapat, apakah bisa sesuai dengan pekerjaan saat ini yang sangat berkaitan dengan hobi. Jika tidak segera keluar, sudah tidak nyaman dengan suasana dan gaya kepemimpinan bos. 
Atau malah sebaliknya, merasa tidak bisa menikmati apa yang ditugaskan di tempat kerja, tapi sangat menikmati lingkungan dan suasana kerja karena rekan-rekan kerja yang sangat baik dan juga pimpinan yang berkualitas tinggi sebagai pemimpin sekaligus manager.

Lantas apa yang harus dilakukan? Apakah harus mempertahankan pekerjaan atau harus hengkang secepatnya?

Memang idealis jika mempunyai pekerjaan yang sesuai dengan keinginan atau hobi atau pekerjaan yang merupakan perwujudan cita-cita diri, tentunya yang saya bicarakan diluar pendapatan secara financial, dan juga suasana dan lingkungan kerja yang sesuai dengan apa yang kita harapkan. Apa ada yang salah dengan idealisme ini? Saya menjawab tidak salah sama sekali, karena hal ini bisa terwujud jika memang antar bagian bisa bekerja sama dengan baik.

Siapakah pihak-pihak yang harus bekerja sama tersebut :

1. Pelaku Bisnis / Pemilik Usaha / Owner
Setidaknya seorang pelaku bisnis harus mampu menyediakan hal-hal yang menyangkut  kebutuhan kerja karyawannya, karena bagaimanapun juga bisnis bisa berkembang dengan baik sesuai dengan cita-cita pelaku bisnis karena kinerja karyawannya yang selalu menunjukkan peningkatan.

2. Management / Manager / Kepala Bagian / Supervisor / Atasan
Anda di rekrut tidak semata-mata hanya melakukan tugas managerial atau supervisi, tapi kepemimpinan Anda sangat dibutuhkan, dimana seorang atasan harus mampu mengelola pekerja dan pekerjaannya, maksudnya adalah harus bisa mengelola bawahannya dan pekerjaan yang dilakukan bawahannya. Selain itu sikap kepemimpinan / leadership atasan yang baik menjadikan bawahan merasa terlindungi dalam melakukan pekerjaannya, sehingga bawahan dapat maksimal dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.

3. Karyawan Staf / Bawahan / Entry Level
Seorang karyawan bagian staf yang merupakan bagian paling bawah dan dalam sebuah struktur organisasi tapi merupakan garda yang paling depan alias pion, adalah sebuah fakta nyata dimana sebuah organisasi atau perusahaan dapat dikatakan berjalan dengan baik dilihat dari kinerja secara langsung di level staf.
Maka dari itu kerjasama dan tanggung jawab yang perlu diutamakan. Kerjasama dengan atasan, kerjasama dengan rekan se-level sangat penting, karena apapun kondisinya dalam sebuah organisasi atau perusahaan tidak memungkinkan kita bekerja sendiri. Selain itu tanggung jawab yang besar terhadap tugas yang sudah diberikan kepadanya sangat perlu diperhatikan.

Akan sangat memungkin jika ketiga bagian diatas dapat bekerja sama dengan baik idealisme seorang karyawan dapat terwujud.

Kembali kepada apa yang harus dilakukan jika menemukan hambatan kerja seperti yang dialami diatas, ada beberapa hal yang bisa dilakukan :

1. Koreksi diri sendiri,
Apakah yang sudah saya lakukan untuk perusahaan sudah sesuai dengan apa yang diminta perusahaan, atasan dan rekan sekerja? Ukuran kesesuaian tentunya bukan dari diri kita sendiri, tetapi dari pihak lain dimana pihak itu adalah atasan langsung dan atasan tidak langsung serta rekan se-level.
Biasanya di sebuah perusahaan ada indikator penilaian yang digunakan dalam menilai kinerja karyawan ada baiknya hasil penilaian tersebut disikapi dengan terbuka dan bisa dijadikan bahan diskusi dengan atasan atau rekan sekerja.

2. Komunikasi
Bicarakan hal ini kepada atasan Anda, gunakan kesempatan membicarakan hal ini pada saat rapat atau regular meeting dengan semua bagian atau Anda bisa melakukannya secara pribadi dengan atasan Anda.  Tapi ingat, jangan sekali-kali Anda berbicara seolah-olah Anda merasa paling benar dan paling pintar, yang ada Anda akan mendapatkan musuh.
Tidak hanya dengan atasan, tapi perlu juga membicarakan mengenai kinerja Anda dan team Anda dengan rekan sekerja untuk bisa mengetahui kinerja Anda dan juga bagian Anda.
Jika budaya rapat atau meeting memang belum biasa di tempat Anda, tidak ada salahnya Anda mengusulkan kepada atasan langsung Anda atau atasan tidak langsung Anda. Karena sebuah pertemuan yang digunakan untuk membahas kinerja sangatlah penting.

3. Hunting Pekerjaan Baru
Jika memang kedua usaha Anda dirasa tidak memberikan harapan, disarankan untuk segera mencari pekerjaan baru, tetapi diusahakan untuk sebisa mungkin bertahan sebelum mendapatkan pekerjaan yang baru karena sulitnya masa sekarang untuk mencari pekerjaan.
Selama masa pencarian pekerjaan itu, tetap tunjukkan sikap professional Anda, pelajari pekerjaan Anda dengan baik sebagai bekal jika diterima di tempat kerja yang baru.
Dan  jangan merasa ragu, Anda tidak akan mendapatkan pekerjaan sesuai dengan idealisme Anda, selama Anda yakin dengan kemampuan Anda yang telah terasah nyata di perusahaan yang lama pasti akan mudah mendapatkan pekerjaan baru dengan cepat. Dan juga banyak perusahaan sudah menerapkan standar kerja yang memberikan kenyamanan bagi pekerja atau karyawannya.

Harapan karyawan untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan keinginannya serta dukungan suasana kerja yang nyaman karena harmonisasi antar karyawan dan juga dengan pimpinan serta pelaku bisnis dapat terwujud.

Budhi Cahyadi
Business Development & HRD Consultant

Monday, September 26, 2011

Ada Kemudahan di Balik Kesusahan

Alkisah, seekor burung yang sedang terbang terhantam butiran salju yang sedang turun dengan derasnya saat musim dingin tiba. Terhempaslah sang burung yang sudah kelelahan itu ke permukaan salju yang dingin, sementara badannya mulai tertimbun salju sedikit demi sedikit. Burung ini teramat kedinginan sehingga tak mampu lagi untuk menggerakkan sayapnya untuk terbang kembali.

Pada saat yang sama, melintaslah seekor sapi yang tiba-tiba mengeluarkan kotorannya tepat di atas sang burung sehingga menimbuni tubuh mungil si burung. Kejatuhan timbunan benda yang menyebarkan bau busuk itu membuat sang burung jengkel, kesal, marah sehingga sumpah serapah terlontar pda si sapi yang terus saja berjalan tanpa rasa bersalah.

Di luar dugaan sang burung, kotoran sapi yang menimpanya itu justru kemudian menebar kehangatan yang sedikit demi sedikit merata ke seluruh tubuhnya. Maka kemudian hilanglah rasa dingin yang ia rasakan tadi. Kekuatannya pun mulai timbul kembali. Kotoran sapi yang baunya menyengat itu ternyata dapat menyelamatkan sang burung dari kematian akibat kedinginan.

Tiba-tiba datang seekor kucing yang datang mengendap-endap. Sang burung merasa ajalnya sudah dekat karena walau sudah tak kedinginan lagi tetapi tidak memiliki kesempatan untuk terbang menyelamatkan diri dari terkaman sang kucing. Kucing semakin mendekat, ia mulai menjilat-jilatkan lidahnya ke tubuh sang burung yang masih berselimut kotoran sapi. Merasakan jilatan lembut lidah sang kucing, sang burung menjadi tenanglah hatinya. Ia berpikir, betapa baiknya si kucing. Burung mengira kucing berniat baik untuk membersihkan bulu-bulunya dari kotoran sapi tadi.

Lantaran merasa nyaman, sang burung malah tertidur. Yang terjadi kemudian adalah, setelah bersih si burung dari kotoran sapi, si kucing langsung menerkam leher sang burung tanpa susah payah. Mati si burung terkoyak taring tajam si kucing.

Ternyata, sebuah peristiwa yang menyenangkan bagi si burung saat dijilati si kucing hanyalah sebuah awal datangnya sebuah bencana besar. Burung telah tertipu oleh jilatan kucing yang lembut dan melenakan. Seharusnya saat itu ia segera terbang menyelematkan diri, tetapi ia justru terlena oleh kenikmatan sesaat yang menipu dan membuatnya binasa.

Melalui tamsil ini, manusia diajak untuk dapat berpikir positif pada kesulitan yang ia hadapi. Satu kesulitan dan keburukan, belum tentu mendatangkan kerugian. Kesulitan harus dihadapi dengan terus berupaya keras untuk dapat keluar dari lilitan kesulitan itu. Berbekal sebuah keyakinan bahwa di balik kesulitan tentu ada kemudahan.



Lebih selamat apabila kita selalu berprasangka baik dalam menerima seberapapun besar kesulitan hidup. Bukankah manusia terlalu bodoh untuk mengetahui semua apa yang akan dan sebenarnya terjadi di balik sebuah kesukaran?


Budhi Cahyadi
dari berbagai sumber

Wednesday, September 21, 2011

Thursday, September 1, 2011

Menghukum Tanpa Kekerasan

Kadangkalanya kita tidak bersikap dewasa, main mata gelap, hajar langsung. Ini salah satu cara menghukum  tanpa kekerasan, tapi impactnya luar biasa.

Berikut ini adalah cerita masa muda Dr. Arun Gandhi (cucu dari Mahatma Gandhi)

Waktu itu Arun masih berusia 16 tahun dan tinggal bersama orang tua disebuah lembaga yang didirikan oleh kakeknya yaitu Mahatma Gandhi, di tengah-tengah kebun tebu, 18 mil di luar kota Durban, Afrika selatan. Mereka tinggal jauh di pedalaman dan tidak memiliki tetangga. Tidak heran bila Arun dan dua saudara perempuannya sangat senang bila ada kesempatan pergi ke kota untuk mengunjungi teman atau menonton bioskop.

Suatu hari ayah Arun meminta Arun untuk mengantarkan ayahnya ke kota untuk menghadiri konferensi sehari penuh. Dan Arun sangat gembira dengan kesempatan ini. Tahu bahwa Arun akan pergi ke kota, ibunya memberikan daftar belanjaan untuk keperluan sehari-hari. Selain itu, ayahnya juga minta untuk mengerjakan pekerjaan yang lama tertunda, seperti memperbaiki mobil di bengkel.

Pagi itu, setiba di tempat konferensi, ayah berkata, “Ayah tunggu kau disini jam 5 sore. Lalu kita akan pulang ke rumah bersama-sama. “. Segera Arun menyelesaikan pekerjaan yang diberikan ayahnya.

Kemudian, Arun pergi ke bioskop, dan dia benar-benar terpikat dengan dua permainan John Wayne sehingga lupa akan waktu. Begitu melihat jam menunjukkan pukul 17:30, langsung Arun berlari menuju bengkel mobil dan terburu-buru menjemput ayahnya yang sudah menunggunya sedari tadi. Saat itu sudah hampir pukul 18:00.

Dengan gelisah ayahnya menanyakan Arun “Kenapa kau terlambat?”.

Arun sangat malu untuk mengakui bahwa dia menonton film John Wayne sehingga dia menjawab “Tadi, mobilnya belum siap sehingga saya harus menunggu”.
Padahal ternyata tanpa sepengetahuan Arun, ayahnya telah menelepon bengkel mobil itu. Dan kini ayahnya tahu kalau Arun berbohong.

Lalu Ayahnya berkata, “Ada sesuatu yang salah dalam membesarkan kau sehingga kau tidak memiliki keberanian untuk menceritakan kebenaran kepada ayah.
Untuk menghukum kesalahan ayah ini, ayah akan pulang ke rumah dengan berjalan kaki sepanjang 18 mil dan memikirkannya baik- baik.”.

Lalu, Ayahnya dengan tetap mengenakan pakaian dan sepatunya mulai berjalan kaki pulang ke rumah. Padahal hari sudah gelap, sedangkan jalanan sama sekali tidak rata. Arun tidak bisa meninggalkan ayahnya, maka selama lima setengah jam, Arun mengendarai mobil pelan-pelan dibelakang beliau, melihat penderitaan yang dialami oleh ayahnya hanya karena kebodohan bodoh yang Arun lakukan.

Sejak itu Arun tidak pernah akan berbohong lagi.
*Pernyataan Arun :-*
“Sering kali saya berpikir mengenai episode ini dan merasa heran. Seandainya Ayah menghukum saya sebagaimana kita menghukum anak-anak kita, maka apakah saya akan mendapatkan sebuah pelajaran mengenai tanpa kekerasan? Saya kira tidak. Saya akan menderita atas hukuman itu dan melakukan hal yang sama lagi. Tetapi, hanya dengan satu tindakan tanpa kekerasan yang sangat luar biasa, sehingga saya merasa kejadian itu baru saja terjadi kemarin. 

Itulah kekuatan tanpa kekerasan.” 

Budhi Cahyadi, dari berbagai sumber.