Alkisah, seekor burung yang sedang terbang terhantam butiran salju yang sedang turun dengan derasnya saat musim dingin tiba. Terhempaslah sang burung yang sudah kelelahan itu ke permukaan salju yang dingin, sementara badannya mulai tertimbun salju sedikit demi sedikit. Burung ini teramat kedinginan sehingga tak mampu lagi untuk menggerakkan sayapnya untuk terbang kembali.
Pada saat yang sama, melintaslah seekor sapi yang tiba-tiba mengeluarkan kotorannya tepat di atas sang burung sehingga menimbuni tubuh mungil si burung. Kejatuhan timbunan benda yang menyebarkan bau busuk itu membuat sang burung jengkel, kesal, marah sehingga sumpah serapah terlontar pda si sapi yang terus saja berjalan tanpa rasa bersalah.
Di luar dugaan sang burung, kotoran sapi yang menimpanya itu justru kemudian menebar kehangatan yang sedikit demi sedikit merata ke seluruh tubuhnya. Maka kemudian hilanglah rasa dingin yang ia rasakan tadi. Kekuatannya pun mulai timbul kembali. Kotoran sapi yang baunya menyengat itu ternyata dapat menyelamatkan sang burung dari kematian akibat kedinginan.
Tiba-tiba datang seekor kucing yang datang mengendap-endap. Sang burung merasa ajalnya sudah dekat karena walau sudah tak kedinginan lagi tetapi tidak memiliki kesempatan untuk terbang menyelamatkan diri dari terkaman sang kucing. Kucing semakin mendekat, ia mulai menjilat-jilatkan lidahnya ke tubuh sang burung yang masih berselimut kotoran sapi. Merasakan jilatan lembut lidah sang kucing, sang burung menjadi tenanglah hatinya. Ia berpikir, betapa baiknya si kucing. Burung mengira kucing berniat baik untuk membersihkan bulu-bulunya dari kotoran sapi tadi.
Lantaran merasa nyaman, sang burung malah tertidur. Yang terjadi kemudian adalah, setelah bersih si burung dari kotoran sapi, si kucing langsung menerkam leher sang burung tanpa susah payah. Mati si burung terkoyak taring tajam si kucing.
Ternyata, sebuah peristiwa yang menyenangkan bagi si burung saat dijilati si kucing hanyalah sebuah awal datangnya sebuah bencana besar. Burung telah tertipu oleh jilatan kucing yang lembut dan melenakan. Seharusnya saat itu ia segera terbang menyelematkan diri, tetapi ia justru terlena oleh kenikmatan sesaat yang menipu dan membuatnya binasa.
Melalui tamsil ini, manusia diajak untuk dapat berpikir positif pada kesulitan yang ia hadapi. Satu kesulitan dan keburukan, belum tentu mendatangkan kerugian. Kesulitan harus dihadapi dengan terus berupaya keras untuk dapat keluar dari lilitan kesulitan itu. Berbekal sebuah keyakinan bahwa di balik kesulitan tentu ada kemudahan.
Lebih selamat apabila kita selalu berprasangka baik dalam menerima seberapapun besar kesulitan hidup. Bukankah manusia terlalu bodoh untuk mengetahui semua apa yang akan dan sebenarnya terjadi di balik sebuah kesukaran?
Budhi Cahyadi
dari berbagai sumber
Aduh mas budhie setiap articlenya mengandung kalimat yang sangat mendalam
ReplyDelete