Tidak banyak orang mengetahui perihal cikal bakal lahirnya hari Ibu di Indonesia. Sejarah Hari Ibu diawali bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Kongres Perempuan di tahun yang sama dengan Sumpah Pemuda. Organisasi perempuan sendiri sudah bermula sejak 1912, diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain.
Ide awal diselenggarakannya kongres ini sebenarnya berasal dari R.A. Soekonto yang prihatin atas nasib perempuan pada saat itu. Ketika pada suatu kali perempuan Indonesia tidak ada yang bisa mewakili menghadiri kongres pasifik di Honolulu, ia sangat kecewa. Pada saat itu Ia berpikir, kaum perempuan Indonesia masih kurang pintar dan ketinggalan dalam hal apapun. Ia merasa kaum perempuan Indonesia sangat tertinggal dibanding dengan kaum perempuan di negara dan bangsa lain. Beranjak dari situlah bersama Nji Adjar Dewantoro dan Soejatin ia selenggarakan kongres perempuan pertama.
Berbagai kritik tak dapat mereka hindarkan pada masa itu. Apalagi kongres ini adalah kongres untuk pertama kalinya. “Kaum perempuan di dapur tempatnya”, “Kaum perempuan tidak perlu memikirkan kehidupan sebab itu kewajiban kaum laki-laki”, atau ada lagi yang mengatakan, “Kaum perempuan apa yang bisa kamu lakukan, kalau sudah bisa masak, itu sudah cukup bagi perempuan.” Demikian beberapa komentar yang dilontarkan pada kaum perempuan yang mengikuti kongres. Namun hal itu tidak menggoyahkan langkah para perempuan indonesia.
Mereka lantangkan pidato-pidato menyuarakan hak mereka. Masalah-masalah yang dirembug dalam pidato-pidato pada saat kongres tersebut kemudian dituangkan ke dalam edisi khusus majalah Isteri yang merupakan salah satu prakarsa yang lahir pada kongres tersebut.
Berbagai isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara; pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan; pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa; perdagangan anak-anak dan kaum perempuan; perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita; pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya.
Salah satu prakarsa lainnya adalah penetapan hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember. Pada kongres itu, juga membahas tentang peran ibu. Ada berbagai versi tentang peran ibu yang dilontarkan oleh masing-masing utusan dari berbagai oraganisasi perempuan pada saat itu. Salah satu pidato yang menarik untuk dicermati adalah pidato yang disampaikan oleh Tien Sastrowirjo. Ia menyampaikan tentang tugas ibu yang tidak mendapat penghargaan. Ketika perempuan sudah mengerjakan segala tugas rumah dengan baik dan perempuan itu meminta kebebasan, tidak ada orang yang mengabulkannya.
Menurutnya, permintaan perempuan dalam meminta kebebasan ini harus dikabulkan. Caranya yaitu dengan membebaskan mereka untuk menikmati pendidikan. Karena dengan pendidikan mereka bisa menyelesaikan tugas dengan hasil baik. Seperti contoh jika merawat anak dengan menggunakan ilmu, maka tidak akan ada penyakit, jika mempelajari ilmu kewarganegaraan, kita mengetahui keadaan dan sejarah bengsa kita atu bangsa lain maka dengan pengetahuan ini perempuan dapat berhubungan dengan bangsa lain dan menjadi bangsa yang berbudi tinggi dan pandai.
Begitulah, para perempuan Indonesia mengumpulkan pendapat dan semangat berembug di kongres itu. Padahal pada saat itu rintangan jauh lebih banyak dibanding sekarang. Rintangan itu datang dari kaum kolonial dengan penuh kecurigaannya dan adat istidat meminggirkan kaum perempuan sangat kental dan menghadang mereka. Perempuan Indonesia tidak gentar. Para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa
Lalu, penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Presiden Soekarno menetapkan melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga kini.
Info tambahan : Ternyata peringatan hari ibu tanggal 22 Desember hanya di Indonesia saja. Sementara dibeberapa negara lainnya seperti seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hongkong, peringatan Mother’s Day jatuh pada hari Minggu kedua bulan Mei karena pada tanggal itu pada tahun 1870 aktivis sosial Julia Ward Howe mencanangkan pentingnya perempuan bersatu melawan perang saudara. (Wikipedia)
Selamat Hari Ibu, 22 Desember 2011
Budhi Cahyadi
Sumber : tunu.wordpress.com